Senin, 20 September 2010
Kamis, 16 September 2010
Jumat, 30 Juli 2010
Metode Pembinaan Etika Sopan Santun Kepada Anak
Ada beberapa metode dan pendekatan yang mungkin bisa digunakan dalam pembinaan etika sopan santun kepada anak melalui berbagai cara yang akan kita bahas pada kesempatan berikut, diharapkan dengan metode pembinaan dan pendekatan etika sesuai dengan prinsip dasar etika yang dipadukan, dapat menciptakan insan kamil yang berbudipekerti baik.
1. Metode Syariat (Doktrin)
Seorang anak yang daya berpikir dan penalarannya masih iilim perkembangan diperlukan doktrin-doktrin yang membiasakan perilakunya agar menjadi baik. Doktrin yang dimaksudkan adalah ajaran-ajaran agama yang sifatnya mengikat yang harus dilakukan anak. Maka di sini sebenarnya diperlukan model atau contoh dari orang-orang yang ada di dekatnya. Aturan-aturan sangat diperlukan di saat kemampuan nalar dan daya berpikir masih terbatas, karena memang dalam fitrahnya manusia berkembang secara bertahap dan memerlukan pengarahan untuk menuju rumaannya.
2. Metode Dialog
Anak dilahirkan dengan membawa berbagai macam potensi, termasuk potensi etika yang dibawanya dari ibu dan ayahnya. Potensi yang ada tersebut masih bersifat dasar, maka pengembangannya dengan jalan berdialog untuk menggugah dan menyadarkan berdasarkan potensi yang dibawanya. Apalagi etika adalah bentuk perilaku yang tidak dibuat-buat dan dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanpa tekanan siapapun. Jadi, usaha pendidik mengajak dialog dan bertukar pikiran, untuk penanaman etika mutlak diperlukan. Karena dengan metode ini anak digugah kesa-darannya dengan bertukar pikiran dan merangsang penalarannya.
3. Metode Keteladanan
Pada diri manusia terutama pada usia anak-anak sampai remaja, sifat menirunya sangat dominan. Di usia dewasa pun pengaruh keteladanan dalam diri seseorang masih dapat ditemukan. Sehingga Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad Saw. dengan tugas utama memperbaiki etika manusia. Metode utama yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah adalah dengan keteladanan. Metode inilah Nabi Muhammad Saw. mencapai keberhasilan dalam mengemban tugas mulianya.
Pada prinsipnya di samping tiga metode pembinaan etika di atas, dalam Alquran terdapat gaya bahasa mengandung nilai metode pembinaan etika yang akurat. Allah Swt. menunjukkan kepada manusia tentang prinsip-prinsip pelaksanaan pembinaan etika.
Di sisi lain, analisis yang dapat dilihat dan dijabarkan tentang metode pembinaan etika, dapat dilakukan dengan beberapa cara pendekatan, yaitu.
a. Pendekatan Psikologis
Yaitu mengajak dan mengarahkan manusia untuk berpikir induktif dan deduktif tentang gejala-gejala ciptaan-Nya di langit dan di bumi ini (dalam aspek rasional-intelektual). Dalam aspek emosional mendorong manusia untuk merasakan adanya keluasan yang lebih tinggi yang gaib sebagai pengendali jalannya alam dan kehidupan ini. Sedangkan aspek ingatan dan kemauan manusia didorong untuk difungsikan ke dalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama agar tidak terjadi penyimpangan etika.
b. Pendekatan Sosiokultural
Pendekatan ini memandang manusia sebagai makhluk individual yang menghamba pada Allah Swt. makhluk sosial dan berbudaya. Sebab, manusia dikaruniai potensi dasar etika untuk mengatur sistem kehidupan bermasyarakat (bersuku-suku dan berbangsa-bangsa), menciptakan dan mengembangkan kebudaya-annya bagi kesejahteraan umat manusia, tanpa meninggalkan agama.
c. Pendekatan scientific
Bahwa manusia yang diciptakan Allah Swt. dengan dikaruniai potensi etika, menciptakan dan menemukan hal-hal baru yang Kemudian dikembangkan melalui inteleknya menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidupnya. Hasil ciptaan dan penemuannya itulah berupa ilmu pengetahuan dan teknologi serta ifanu-ilniu lain.
d Pendekatan Sistem Rasionalistik
Suatu cara untuk mengajarkan dan pembinaan etika dengan 3engandalkan akal pikiran. Akal pikiran dapat membedakan attara baik dan buruk, benar dan salah. Pendekatan ini bisa juga fartikan dengan menggali pemikiran-pemikiran pendidikan modern dengan memberdayakan rasio.
e. Pendekatan Sistem Kritik
Pendekatan kritik adalah pendekatan dalam menggali pendi¬dikan etika, baik secara konseptual maupun aplikatif, dengan cara mengoreksi kelemahan-kelemahannya. Kemudian menawarkan solusi atau alternatif pemecahannya. Dahulu filsafat Yunani menjadi subur karena para pemikirnya mengembangkan pendekatan kritik. Demokritus mengkritik Parmenides, Sokrates mengkritik pemikiran Pytagoras, Aristoteles mengkritik pemikiran Plato, Immanuel Kant mengkritik David Hume, Hegel mengkritik Immanuel Kant, John Stuart Mill mengkritik Augus Comte, dan Soren Kierkgaard mengkritik Hegel. Demikian juga dalam filosof Islam; al-Amiri mengkritik al-Razi, al-Ghazali mengkritik Ibnu Sina dan kawan-kawannya, Ibnu Rusyd mengkritik al-Ghazali dan seterusnya. Dari kritik-kritik ini didapat pengetahuan baru, karena pengkritik menawarkan alternatif pemikiran baru.
Kritik itu terlahir dari proses berpikir secara cermat, jernih dan mendalam sehingga ditemukan celah-celah kelemahan dari konsep-konsep, teori-teori maupun pemikiran-pemikiran yang dikritik. Kemudian kritikus mencoba membangun konsep, teori atau pemikiran yang dapat dijadikan alternatif pemecahan ter-faadap kelemahan tersebut. Sampai di sini mekanisme kritik telah menghasilkan dua tataran pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang kelemahan dari objek kritik dan pengetahuan tentang alternatif pemecahan terhadap kelemahan itu. Contoh konkret al-Ghazali ‘setelah mendalami ilmu kalam), ia mengkritik mutakallimin karena tidak mampu mencapai pengetahuan hakiki, bahkan inetode kalam belaka, dipandang membuat manusia tidak dapat mengenal Allah secara hakiki. Dalam bidang filsafat, ia mengecam kecenderungan filosof, karena ajaran-ajaran filosof cenderung membahayakan akidah dan mengabaikan dasar-dasar ritual. la tidak menolak filsafat secara keseluruhan, tetapi yang ditolak hanya argumentasi rasional yang diyakini satu-satunya alat untuk membuktikan kebenaran metafisik. la menilai para filosof telah memaksakan rasio, malah bila perlu mengorbankan akidah. Hal itu menyebabkan al-Ghazali meninggalkan filsafat.31 Dari krisis ini al-Ghazali yang berimbas pada krisis psikologis, akhirnya ia menemukan benang merah kebenaran pengetahuan, yaitu tasawuf.
Dalam konotasi makna inilah kritik terus dikembangkan, dalam arti kritik untuk membangun, bukan pelecehan dan penghinaan, argumentatif dan tidak mengedepankan emosi serta mampu menawarkan solusi. Landasan kritik tersebut harus didasarkan kepada bangunan pendidikan etika dengan memuncul kan konsep pendidikan etika baru yang lebih kreatif, Corak kritik ini memang belum banyak dikenal di kalangan pendidik. Muhammad Arkoun mengatakan bahwa tradisi kritik dalam dunia pendidikan belum begitu dikenal dalam wilayab pendidikan, baik guru dengan guru, guru dengan siswa dan sebaliknya.33
f. Pendekatan Sistem Komparatif
Komparatif adalab suatu pendekatan dengan cara memban-dingkan dua konsep pendidikan etika atau lebih dengan target mengambil keunggulan suatu konsep atau mempertegas kan-dungannya. Perbandingan bisa juga terhadap praktik pendidikan melalui lembaga-lembaganya. Lebih jauh lagi, perbandingan dapat terjadi sesama ayat Alquran tentang pendidikan etika, sesama hadis pendidikan, ayat pendidikan dengan hadis pendidikan, sesama sejarah pendidikan, orientasi pendidikan, bahkan jika perlu studi banding antara sistem pandidikan etika Islam dengan sistem pendidikan etika Kristen.
Untuk sebuah negara Indonesia yang baru berkembang perlu dilakukan perbandingan pendidikan antarkabupaten/kota, antar-provinsi dan antarnegara yang sudah maju. Pendekatan ini telah dipakai dalam berbagai disiplin ilmu dalam dunia pendidikan. Seperti perbandingan agama (muqdranat al-actydn), perbandingan mazhab (muqarcmat al-mazahib), tafsir muqdran (perbandingan) dan lainnya. Khusus dalam pendidikan etika, ada disiplin ilmu per¬bandingan atau disebut studi komparatif. Hanya saja hingga saat ini semangat memperoleh konsep perbandingan untuk dimiliki bangsa ini belum dapat dikembangkan secara maksimal.
g. Pendekatan Sistem Dialogis
Dialogis adalah pendekatan dalam menggali pemikiran pen-iikan etika dengan tanya jawab yang dilakukan oleh sekumpulan orang atau pakar berdasarkan argumentasi-argumentasi ilmiah. Dalam pembinaan etika, seseorang tidak bisa melepaskan upaya dialogis, yaitu dialog dari instansi terkait, guru dengan guru, guru dengan siswa dan sebaliknya. Nurcholis Madjid menegaskan bahwa suatu pengembangan pemikiran tidak mungkin tanpa adanya dialog. Hakikat sejarah pemikiran pendidikan etika adalah kelangsungan dialog integral, yaitu dialog berdasarkan iman, yang tidak lepas dari konteks sejarah.
Selama ini ada kesenjangan antara konsep teoretis dengan normatif. Untuk itu dibutuhkan adanya dialog agar terjadi saling pengertian antara konsep teoretis empiris dengan konsep normatif dalam dunia pendidikan. Secara teologis pendekatan ini memiliki sandaran yang kuat. Dalam pendidikan Islam dengan berdasarkan Alquran terdapat kata-kata yang menggambarkan dialogis, di antara lafaz yang digunakan adalah yas alunaka, saalaha, fas alu dan sebagainya, demikian juga dalam al-hadis.
Pertanyaan dalam ayat dan hadis tersebut biasanya dilan-jutkan dengan jawaban. Dari jawaban ini didapatkan pengetahuan-pengetahuan. Dalam pembinaan etika juga harus seperti itu sehingga terjadi komunikasi dua arah yang akurat, dimengerti siswa dan dimengerti semua kalangan yang membutuhkan.
h. Pendekatan Sistem Intuitif
Intuitif adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan cara mencari bantuan atau petunjuk, setelah melalui pemikiran-pemi-kiran yang mendalam. Para pakar pendidikan kontemporer mengakui bahwa intuitif dapat dipakai sebagai sumber dan cara memperoleh pengetahuan. Ziauddin Sardar mengungkapkan, formulasi ilmu kontemporer bukan hanya menyintesiskan apa yang disebut dengan “sains keagamaan” dengan “sains sekular”, fisik dengan meta/isife, tetapi harus menempatkan inspirasi dan intuitif pada inti pengetahuan.
Meskipun demikian, intuitif sebagai realitas yang berhubungan dan sering dialami manusia tidak bisa diingkari meskipun oleh pemikir Barat sendiri. Bahkan sebagian dari mereka menempatkan intuitif pada posisi yang istimewa. Nietzsche memandang intuitif sebagai inteligensi yang paling puncak. Maslow memandangnya sebagai pengalaman puncak yang harus terus dibina dan dikem-bangkan.
Bagaimanapun intuitif merupakan potensi manusia yang besar. Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan etika dapat digali dan dipecahkan melalui intuitif.
i. Pendekatan Sistem Al-Hikmah
Al-Hikmahn menjadi acuan etika filsafat Islam, yaitu alternatif yang menawarkan pembinaan etika. Dalam menghapus dikotomi wujud transendental versus empiris, pendekatan al-Hikmah tidak harus mengingkari keberadaan dunia empiris untuk kemudian larut dalam panteisme ala Leibnitz atau Hegel, tetapi memosisikan dunia empiris pada proposisinya sebagai ciptaan Tuhan, yaitu manusia sebagai subjek pengetahuan. Konsekuensinya, segenap entitas dalam dunia empiris, termasuk proses pencapaian penge-=tahuan manusia itu sendiri tunduk kepada hukum-hukum alam sunnatullah) yang ditetapkan Sang Pencipta, justru bukan sebagai vang dipersepsikan manusia.
Konsepsi al-Hikmah rnemperkenalkan pendekatan holistik Tang menjadikan seluruh potensi intelektual dan psikologis ma-ausia terpadu secara integral menuju sumber pengetahuan itu stndiri, yakni Allah Swt. Pandangan ini berimplikasi visi pendidik-£j secara menyeluruh terhadap keterikatan dan ketergantungan •akhluk sebagai objek pengetahuan dengan Sang Pencipta. Dari EH;, pembinaan etika memprioritaskan iman sebagai prinsip ^r.onk dan unsur praepistemik yang dapat menjamin fungsiona-Eais. akal budi dan potensi-potensi intelektual lainnya secara Brat dan tepatguna
Prinsip-prinsip pendidikan etika dalam al-Hikmah harus berdasarkan wahyu dan keimanan, sebab kebenaran yang bersifat pengetahuan al-Hikmah yang utuh dan integral adalah persesuaian antara penalaran objektif dengan jiwa, naluri, hati dan sanubari yang memperoleh bisikan Ilahi. Dari sinilah pembinaan etika dapat dikembangkan. Ini telah sesuai dengan tradisi bangsa Indonesia yang selalu mengutamakan konsep al-Hikmah.
Dari pendekatan-pendekatan ini, metode pembinaan secara preventif, kuratif dan konstruktif paling tepat diterapkan untuk meluruskan, membina, membimbing ke arah etika yang baik. Pembinaan etika tidak sebatas pembiasaan perilaku baik, tetapi lebih dari itu dapat pula dipakai pendekatan aspek psikologi menuju kebahagiaan dan keserasian hidup di dunia dan akhirat.
Alquran yang menjelaskan tentang metode pembinaan etika melalui pendekatan-pendekatan di atas dapat dijelaskan sebagai
1) Pembinaan etika dapat mendorong manusia untuk meng-gunakan akal pikirannya dalam menelaah dan mempelajari gejala-gejala kehidupan dirinya dan alam sekitarnya: Maka apakah mereka tidak memerhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan langit, bagaimana ia ditinggikan? dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan (QS Al-Gha-syiyah [88]: 17-21).
2) Pembinaan etika dapat mendorong manusia untuk meng-amalkan ilmu pengetahuan dan mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannya dalam kehidupan sehari-hari. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al-Ankabut [29]: 45).
3) Pembinaan etika dapat menumbuhkan jiwa teladanan sebagai contoh yang baik sebagai media untuk dapat meniru suatu pekerjaan (aktivitas). Sesungguhnya telah ada pada (din) Rasulullah itu suri teladan ;. ^ng baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS Al-Ahzaab [33]: 21).
4) Pembinaan etika dapat memberi cerita-cerita yang mengandung keteladanan yang akan dapat membangkitkan emosional dan kesadaran untuk berbuat lebih baik.
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu’, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orangyang beriman (QS Huud [11]:120).
Sumber buku Pengantar Studi Etika M. Yatimin Abdullah
1. Metode Syariat (Doktrin)
Seorang anak yang daya berpikir dan penalarannya masih iilim perkembangan diperlukan doktrin-doktrin yang membiasakan perilakunya agar menjadi baik. Doktrin yang dimaksudkan adalah ajaran-ajaran agama yang sifatnya mengikat yang harus dilakukan anak. Maka di sini sebenarnya diperlukan model atau contoh dari orang-orang yang ada di dekatnya. Aturan-aturan sangat diperlukan di saat kemampuan nalar dan daya berpikir masih terbatas, karena memang dalam fitrahnya manusia berkembang secara bertahap dan memerlukan pengarahan untuk menuju rumaannya.
2. Metode Dialog
Anak dilahirkan dengan membawa berbagai macam potensi, termasuk potensi etika yang dibawanya dari ibu dan ayahnya. Potensi yang ada tersebut masih bersifat dasar, maka pengembangannya dengan jalan berdialog untuk menggugah dan menyadarkan berdasarkan potensi yang dibawanya. Apalagi etika adalah bentuk perilaku yang tidak dibuat-buat dan dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanpa tekanan siapapun. Jadi, usaha pendidik mengajak dialog dan bertukar pikiran, untuk penanaman etika mutlak diperlukan. Karena dengan metode ini anak digugah kesa-darannya dengan bertukar pikiran dan merangsang penalarannya.
3. Metode Keteladanan
Pada diri manusia terutama pada usia anak-anak sampai remaja, sifat menirunya sangat dominan. Di usia dewasa pun pengaruh keteladanan dalam diri seseorang masih dapat ditemukan. Sehingga Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad Saw. dengan tugas utama memperbaiki etika manusia. Metode utama yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah adalah dengan keteladanan. Metode inilah Nabi Muhammad Saw. mencapai keberhasilan dalam mengemban tugas mulianya.
Pada prinsipnya di samping tiga metode pembinaan etika di atas, dalam Alquran terdapat gaya bahasa mengandung nilai metode pembinaan etika yang akurat. Allah Swt. menunjukkan kepada manusia tentang prinsip-prinsip pelaksanaan pembinaan etika.
Di sisi lain, analisis yang dapat dilihat dan dijabarkan tentang metode pembinaan etika, dapat dilakukan dengan beberapa cara pendekatan, yaitu.
a. Pendekatan Psikologis
Yaitu mengajak dan mengarahkan manusia untuk berpikir induktif dan deduktif tentang gejala-gejala ciptaan-Nya di langit dan di bumi ini (dalam aspek rasional-intelektual). Dalam aspek emosional mendorong manusia untuk merasakan adanya keluasan yang lebih tinggi yang gaib sebagai pengendali jalannya alam dan kehidupan ini. Sedangkan aspek ingatan dan kemauan manusia didorong untuk difungsikan ke dalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama agar tidak terjadi penyimpangan etika.
b. Pendekatan Sosiokultural
Pendekatan ini memandang manusia sebagai makhluk individual yang menghamba pada Allah Swt. makhluk sosial dan berbudaya. Sebab, manusia dikaruniai potensi dasar etika untuk mengatur sistem kehidupan bermasyarakat (bersuku-suku dan berbangsa-bangsa), menciptakan dan mengembangkan kebudaya-annya bagi kesejahteraan umat manusia, tanpa meninggalkan agama.
c. Pendekatan scientific
Bahwa manusia yang diciptakan Allah Swt. dengan dikaruniai potensi etika, menciptakan dan menemukan hal-hal baru yang Kemudian dikembangkan melalui inteleknya menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidupnya. Hasil ciptaan dan penemuannya itulah berupa ilmu pengetahuan dan teknologi serta ifanu-ilniu lain.
d Pendekatan Sistem Rasionalistik
Suatu cara untuk mengajarkan dan pembinaan etika dengan 3engandalkan akal pikiran. Akal pikiran dapat membedakan attara baik dan buruk, benar dan salah. Pendekatan ini bisa juga fartikan dengan menggali pemikiran-pemikiran pendidikan modern dengan memberdayakan rasio.
e. Pendekatan Sistem Kritik
Pendekatan kritik adalah pendekatan dalam menggali pendi¬dikan etika, baik secara konseptual maupun aplikatif, dengan cara mengoreksi kelemahan-kelemahannya. Kemudian menawarkan solusi atau alternatif pemecahannya. Dahulu filsafat Yunani menjadi subur karena para pemikirnya mengembangkan pendekatan kritik. Demokritus mengkritik Parmenides, Sokrates mengkritik pemikiran Pytagoras, Aristoteles mengkritik pemikiran Plato, Immanuel Kant mengkritik David Hume, Hegel mengkritik Immanuel Kant, John Stuart Mill mengkritik Augus Comte, dan Soren Kierkgaard mengkritik Hegel. Demikian juga dalam filosof Islam; al-Amiri mengkritik al-Razi, al-Ghazali mengkritik Ibnu Sina dan kawan-kawannya, Ibnu Rusyd mengkritik al-Ghazali dan seterusnya. Dari kritik-kritik ini didapat pengetahuan baru, karena pengkritik menawarkan alternatif pemikiran baru.
Kritik itu terlahir dari proses berpikir secara cermat, jernih dan mendalam sehingga ditemukan celah-celah kelemahan dari konsep-konsep, teori-teori maupun pemikiran-pemikiran yang dikritik. Kemudian kritikus mencoba membangun konsep, teori atau pemikiran yang dapat dijadikan alternatif pemecahan ter-faadap kelemahan tersebut. Sampai di sini mekanisme kritik telah menghasilkan dua tataran pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang kelemahan dari objek kritik dan pengetahuan tentang alternatif pemecahan terhadap kelemahan itu. Contoh konkret al-Ghazali ‘setelah mendalami ilmu kalam), ia mengkritik mutakallimin karena tidak mampu mencapai pengetahuan hakiki, bahkan inetode kalam belaka, dipandang membuat manusia tidak dapat mengenal Allah secara hakiki. Dalam bidang filsafat, ia mengecam kecenderungan filosof, karena ajaran-ajaran filosof cenderung membahayakan akidah dan mengabaikan dasar-dasar ritual. la tidak menolak filsafat secara keseluruhan, tetapi yang ditolak hanya argumentasi rasional yang diyakini satu-satunya alat untuk membuktikan kebenaran metafisik. la menilai para filosof telah memaksakan rasio, malah bila perlu mengorbankan akidah. Hal itu menyebabkan al-Ghazali meninggalkan filsafat.31 Dari krisis ini al-Ghazali yang berimbas pada krisis psikologis, akhirnya ia menemukan benang merah kebenaran pengetahuan, yaitu tasawuf.
Dalam konotasi makna inilah kritik terus dikembangkan, dalam arti kritik untuk membangun, bukan pelecehan dan penghinaan, argumentatif dan tidak mengedepankan emosi serta mampu menawarkan solusi. Landasan kritik tersebut harus didasarkan kepada bangunan pendidikan etika dengan memuncul kan konsep pendidikan etika baru yang lebih kreatif, Corak kritik ini memang belum banyak dikenal di kalangan pendidik. Muhammad Arkoun mengatakan bahwa tradisi kritik dalam dunia pendidikan belum begitu dikenal dalam wilayab pendidikan, baik guru dengan guru, guru dengan siswa dan sebaliknya.33
f. Pendekatan Sistem Komparatif
Komparatif adalab suatu pendekatan dengan cara memban-dingkan dua konsep pendidikan etika atau lebih dengan target mengambil keunggulan suatu konsep atau mempertegas kan-dungannya. Perbandingan bisa juga terhadap praktik pendidikan melalui lembaga-lembaganya. Lebih jauh lagi, perbandingan dapat terjadi sesama ayat Alquran tentang pendidikan etika, sesama hadis pendidikan, ayat pendidikan dengan hadis pendidikan, sesama sejarah pendidikan, orientasi pendidikan, bahkan jika perlu studi banding antara sistem pandidikan etika Islam dengan sistem pendidikan etika Kristen.
Untuk sebuah negara Indonesia yang baru berkembang perlu dilakukan perbandingan pendidikan antarkabupaten/kota, antar-provinsi dan antarnegara yang sudah maju. Pendekatan ini telah dipakai dalam berbagai disiplin ilmu dalam dunia pendidikan. Seperti perbandingan agama (muqdranat al-actydn), perbandingan mazhab (muqarcmat al-mazahib), tafsir muqdran (perbandingan) dan lainnya. Khusus dalam pendidikan etika, ada disiplin ilmu per¬bandingan atau disebut studi komparatif. Hanya saja hingga saat ini semangat memperoleh konsep perbandingan untuk dimiliki bangsa ini belum dapat dikembangkan secara maksimal.
g. Pendekatan Sistem Dialogis
Dialogis adalah pendekatan dalam menggali pemikiran pen-iikan etika dengan tanya jawab yang dilakukan oleh sekumpulan orang atau pakar berdasarkan argumentasi-argumentasi ilmiah. Dalam pembinaan etika, seseorang tidak bisa melepaskan upaya dialogis, yaitu dialog dari instansi terkait, guru dengan guru, guru dengan siswa dan sebaliknya. Nurcholis Madjid menegaskan bahwa suatu pengembangan pemikiran tidak mungkin tanpa adanya dialog. Hakikat sejarah pemikiran pendidikan etika adalah kelangsungan dialog integral, yaitu dialog berdasarkan iman, yang tidak lepas dari konteks sejarah.
Selama ini ada kesenjangan antara konsep teoretis dengan normatif. Untuk itu dibutuhkan adanya dialog agar terjadi saling pengertian antara konsep teoretis empiris dengan konsep normatif dalam dunia pendidikan. Secara teologis pendekatan ini memiliki sandaran yang kuat. Dalam pendidikan Islam dengan berdasarkan Alquran terdapat kata-kata yang menggambarkan dialogis, di antara lafaz yang digunakan adalah yas alunaka, saalaha, fas alu dan sebagainya, demikian juga dalam al-hadis.
Pertanyaan dalam ayat dan hadis tersebut biasanya dilan-jutkan dengan jawaban. Dari jawaban ini didapatkan pengetahuan-pengetahuan. Dalam pembinaan etika juga harus seperti itu sehingga terjadi komunikasi dua arah yang akurat, dimengerti siswa dan dimengerti semua kalangan yang membutuhkan.
h. Pendekatan Sistem Intuitif
Intuitif adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan cara mencari bantuan atau petunjuk, setelah melalui pemikiran-pemi-kiran yang mendalam. Para pakar pendidikan kontemporer mengakui bahwa intuitif dapat dipakai sebagai sumber dan cara memperoleh pengetahuan. Ziauddin Sardar mengungkapkan, formulasi ilmu kontemporer bukan hanya menyintesiskan apa yang disebut dengan “sains keagamaan” dengan “sains sekular”, fisik dengan meta/isife, tetapi harus menempatkan inspirasi dan intuitif pada inti pengetahuan.
Meskipun demikian, intuitif sebagai realitas yang berhubungan dan sering dialami manusia tidak bisa diingkari meskipun oleh pemikir Barat sendiri. Bahkan sebagian dari mereka menempatkan intuitif pada posisi yang istimewa. Nietzsche memandang intuitif sebagai inteligensi yang paling puncak. Maslow memandangnya sebagai pengalaman puncak yang harus terus dibina dan dikem-bangkan.
Bagaimanapun intuitif merupakan potensi manusia yang besar. Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan etika dapat digali dan dipecahkan melalui intuitif.
i. Pendekatan Sistem Al-Hikmah
Al-Hikmahn menjadi acuan etika filsafat Islam, yaitu alternatif yang menawarkan pembinaan etika. Dalam menghapus dikotomi wujud transendental versus empiris, pendekatan al-Hikmah tidak harus mengingkari keberadaan dunia empiris untuk kemudian larut dalam panteisme ala Leibnitz atau Hegel, tetapi memosisikan dunia empiris pada proposisinya sebagai ciptaan Tuhan, yaitu manusia sebagai subjek pengetahuan. Konsekuensinya, segenap entitas dalam dunia empiris, termasuk proses pencapaian penge-=tahuan manusia itu sendiri tunduk kepada hukum-hukum alam sunnatullah) yang ditetapkan Sang Pencipta, justru bukan sebagai vang dipersepsikan manusia.
Konsepsi al-Hikmah rnemperkenalkan pendekatan holistik Tang menjadikan seluruh potensi intelektual dan psikologis ma-ausia terpadu secara integral menuju sumber pengetahuan itu stndiri, yakni Allah Swt. Pandangan ini berimplikasi visi pendidik-£j secara menyeluruh terhadap keterikatan dan ketergantungan •akhluk sebagai objek pengetahuan dengan Sang Pencipta. Dari EH;, pembinaan etika memprioritaskan iman sebagai prinsip ^r.onk dan unsur praepistemik yang dapat menjamin fungsiona-Eais. akal budi dan potensi-potensi intelektual lainnya secara Brat dan tepatguna
Prinsip-prinsip pendidikan etika dalam al-Hikmah harus berdasarkan wahyu dan keimanan, sebab kebenaran yang bersifat pengetahuan al-Hikmah yang utuh dan integral adalah persesuaian antara penalaran objektif dengan jiwa, naluri, hati dan sanubari yang memperoleh bisikan Ilahi. Dari sinilah pembinaan etika dapat dikembangkan. Ini telah sesuai dengan tradisi bangsa Indonesia yang selalu mengutamakan konsep al-Hikmah.
Dari pendekatan-pendekatan ini, metode pembinaan secara preventif, kuratif dan konstruktif paling tepat diterapkan untuk meluruskan, membina, membimbing ke arah etika yang baik. Pembinaan etika tidak sebatas pembiasaan perilaku baik, tetapi lebih dari itu dapat pula dipakai pendekatan aspek psikologi menuju kebahagiaan dan keserasian hidup di dunia dan akhirat.
Alquran yang menjelaskan tentang metode pembinaan etika melalui pendekatan-pendekatan di atas dapat dijelaskan sebagai
1) Pembinaan etika dapat mendorong manusia untuk meng-gunakan akal pikirannya dalam menelaah dan mempelajari gejala-gejala kehidupan dirinya dan alam sekitarnya: Maka apakah mereka tidak memerhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan langit, bagaimana ia ditinggikan? dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan (QS Al-Gha-syiyah [88]: 17-21).
2) Pembinaan etika dapat mendorong manusia untuk meng-amalkan ilmu pengetahuan dan mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannya dalam kehidupan sehari-hari. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al-Ankabut [29]: 45).
3) Pembinaan etika dapat menumbuhkan jiwa teladanan sebagai contoh yang baik sebagai media untuk dapat meniru suatu pekerjaan (aktivitas). Sesungguhnya telah ada pada (din) Rasulullah itu suri teladan ;. ^ng baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS Al-Ahzaab [33]: 21).
4) Pembinaan etika dapat memberi cerita-cerita yang mengandung keteladanan yang akan dapat membangkitkan emosional dan kesadaran untuk berbuat lebih baik.
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu’, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orangyang beriman (QS Huud [11]:120).
Sumber buku Pengantar Studi Etika M. Yatimin Abdullah
Kamis, 29 Juli 2010
Internetan Sehat Go....!!!
Blogger Indonesia dukung internet aman, sehat & manfaat
Manfaat & tips berinternet sehat dan aman dalam bertransaksi / berbisnis secara online
Berbicara mengenai berinternet ria, banyak hal yang bisa kita bahas. Dimulai dari manfaat internet, tips cara berinternet sehat serta bagaimana cara agar berinternet bisa selalu dalam keadaan aman terutama saat menggunakan internet sebagai media berbisnis atau yang lebih populer dengan nama bisnis online. Agar pembahasan Majalah Blogger ini menjadi lebih terarah, maka kita bahas satu persatu.
Manfaat berinternet
Dengan adanya media internet banyak sekali manfaat dan kemudahan yang bisa kita rasakan. Misalnya kita bisa menjadi lebih mudah mengirim data semisal tugas kantor. Tanpa internet untuk mengirim data perusahaan kita membutuhkan waktu berjam-jam dalam perjalanan hanya untuk mengirim data belum lagi waktu kita terbuang oleh urusan jalanan yang macet. serta manfaat-manfaat lainnya yang mungkin anda lebih tahu.
Tips cara berinternet sehat
Berikut beberapa tipsnya:
- Membuat jadwal pemakaian internet. Menetapkan jadwal untuk berinternet ria penting, karena bila tidak, pengguna internet bisa menjadi lalai dan melupakan kewajibannya.
- Memiliki tujuan dan niat yang jelas Pengguna internet yang tidak memiliki tujuan yang jelas hanya akan membuang waktu saja. Untuk itu tentukan tujuan anda menggunakan internet, misalnya jika anda sedang mencari jurnal untuk tugas kerja atau atau tugas sekolah, maka fokuslah kesana, hindari iseng-iseng membuka halaman tertentu, misalnya menonton piala dunia. Atau juga mencari music mp3, karena hanya akan mengalihkan fokus anda.
- Tetapkan waktu yang ingin dicapai saat berinternet, serta tentukan pula toleransi waktu jika waktu yang ingin dicapai sudah lewat (tentukan injury time)
- Sempatkan waktu untuk melakukan hubungan sosial dan kegiatan sosial lainnya dilingkungan anda, minimal saat event-event atau hari-hari besar dan libur nasional, jangan saat momentum itu tiba, anda masih bergulat saja dengan internet dan justru mengobrol dengan seseorang melalui internet. Hal ini penting karena kita mahluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan seseorang bukan hanya dari ketikkan tangan kita saja, namun seluruh tubuh kita harus berkomunikasi dengan orang lain
- Gunakan software pemercepat (accelerator) yang meningkatkan kinerja dan performa web browser anda, misalnya jika anda menggunakan firefox, anda bisa menggunakan speedy fox
- Lakukan peregangan otot-otot, minimal setiap 30 menit atau satu jam, selama minimal 5 menit, peregangan otot ini penting dan jangan tunggu sampai badan anda merasa pegal
- Lakukan istirahat minimal satu jam sekali selama 10 menit
- Hentikan melihat ke layar monitor, dan mulai menatap objek yang jauh untuk beberapa saat, hal ini perlu dilakukan untuk mencegah stress pada otot lensa mata anda karena terus menerus dipaksa berkontraksi pada kondisi yang sama terus menerus, lakukan hal ini dalam interval yang tetap dan jangka waktu yang kira-kira bersamaan
- Jika ingin melakukan pencarian di internet, lakukan dengan menggunakan widget yang ada pada browser masing-masing, misalnya pada firefox atau opera, anda bisa memanfaatkan kolom search yang letaknya di kanan atas, atau pada firefox bisa langsung menggunakan shortcut firefox dengan menekan kombinasi ctrl+k atau jika anda menggunakan Google chrome, ketikkan saja apa yang ingin anda cari pada address bar, karena address bar google chrome sudah terintegrasi dengan mesin pencari Google.
- Gunakanlah software download manager maupun dowanload accelerator untuk mempercepat proses download anda dan mengefisienkan waktu anda, dengan ini anda bisa berkontribusi dalam green computing karena semakin cepat proses download anda, semakin cepat pula anda mengistirahatkan komputer anda, dan semakin hemat energi yang anda gunakan, serta semakin kecil pula polusi yang anda sumbangkan
Selain menggunakan internet secara sehat, anda juga perlu tahu bagaimana berinternet tetap aman saat melakukan transaksi online. Untuk itu simak beberapa tips cara bertransaksi online misalnya saat saat melakukan transaksi jual beli di internet.
- periksa dengan teliti barang yang hendak dibeli Periksa dari mulai ukuran, bentuk, sampai harganya, kalau memungkinkan minta dikirimkan contoh asli produknya. Juga jangan lupa, tanyakan kelebihan dan kekurangan dari barang tersebut dan tanyakan juga bagaimana dengan layanan purna jual dan garansi (jika ada).
- Perhatikan apakah tokonya benar-benar terlihat serius dikelola Perhatikan dengan teliti toko online yang digunakan untuk memajang produk. Apakah informasinya terus di update, apakah ada tersedia informasi detail tentang tata cara order, alamat kontak, dan sebagainya. Semakin lengkap dan professional toko online yang mereka gunakan, semakin baik bagi para calon pembeli.
- Selain kita mengamati dengan teliti produk dan toko online yang digunakan, kita juga perlu mengamati kinerja penjual produk tersebut. Bagaimana caranya?
- Lihat testimonial (kesaksian) dalam melihat kesaksian lebih baik menggunakan mesin pencari google untuk menelitinya. Misalnya dengan mengetikkan nama penjual atau toko online di mesin pencari google. Lihat apakah ada komentar-komentar miring tentang penjual tersebut. jika kita melihat langsung dari testimoni, dikhawatirkan testimoni itu direkayasa, karena siapa yang tahu keasliannya??
- Cari informasi sedetail-detailnya dengan memanfaatkan jasa teman dan komunitas kita. Apakah mereka pernah berinteraksi dengan penjual tersebut. Jika iya, maka tanyakan seberapa profesionalkah penjual tersebut mengelola bisnisnya.
Rabu, 28 Juli 2010
Program ACI (Aku Cinta Indonesia)
Sengaja cari tutorial blog tetangga....Di halamanya ia mendapat Email dari detik.com tentang ACI
Jika teman-teman yang sudah punya akun di blogdetik, maka kemungkinan besar mendapat email dari tim promo detik.com, namun teman2-teman yang tidak punya akun di blogdetik, bisa dilihat isi emailnya seperti di bawah ini:
Dear Pembaca Detikcom,
Menyambung semarak Ulang Tahun ke-12, kali ini www.detik.com menyelenggarakan pogram Aku Cinta Indonesia (ACI). Melalui program ini, Detikcom mencari 66 orang yang akan diajak menikmati pesona keindahan alam dan keanekaragamana budaya Indonesia.
Jika terpilih sebagai pemenang, Anda akan menjelajah 33 pilihan tempat wisata di Indonesia dalam waktu kurang lebih 2 minggu.
Tugas Anda hanya bersenang-senang dan berbagi pengalaman ke jutaan pembaca Detikcom lainnya.
Pengalaman yang paling menarik akan membawa Anda memenangkan Rp. 100 Juta.
Tentunya, seluruh biaya termasuk akomodasi, transportasi, dan uang saku dalam perjalanan akan ditanggung oleh Detikcom.
Jadi tunggu apalagi,segera daftar di http://aci.detik.com. Ikut program Aku Cinta Indonesia, detik ini juga!
Salam,
Promotion Team
Buat teman-teman yang belum dapat email dan berniat untuk ikut program keliling Indonesia secara gratis, silahkan kunjungi situs pendaftaran "Aku Cinta Indonesia " detik.com , atau bisa klik disini Keliling Indonesia Gratis
Jika teman-teman yang sudah punya akun di blogdetik, maka kemungkinan besar mendapat email dari tim promo detik.com, namun teman2-teman yang tidak punya akun di blogdetik, bisa dilihat isi emailnya seperti di bawah ini:
Dear Pembaca Detikcom,
Menyambung semarak Ulang Tahun ke-12, kali ini www.detik.com menyelenggarakan pogram Aku Cinta Indonesia (ACI). Melalui program ini, Detikcom mencari 66 orang yang akan diajak menikmati pesona keindahan alam dan keanekaragamana budaya Indonesia.
Jika terpilih sebagai pemenang, Anda akan menjelajah 33 pilihan tempat wisata di Indonesia dalam waktu kurang lebih 2 minggu.
Tugas Anda hanya bersenang-senang dan berbagi pengalaman ke jutaan pembaca Detikcom lainnya.
Pengalaman yang paling menarik akan membawa Anda memenangkan Rp. 100 Juta.
Tentunya, seluruh biaya termasuk akomodasi, transportasi, dan uang saku dalam perjalanan akan ditanggung oleh Detikcom.
Jadi tunggu apalagi,segera daftar di http://aci.detik.com. Ikut program Aku Cinta Indonesia, detik ini juga!
Salam,
Promotion Team
Buat teman-teman yang belum dapat email dan berniat untuk ikut program keliling Indonesia secara gratis, silahkan kunjungi situs pendaftaran "Aku Cinta Indonesia " detik.com , atau bisa klik disini Keliling Indonesia Gratis
Sabtu, 24 Juli 2010
Universal Religion of Islam
Islam is the only universal religion and to have perfection in every aspect that can be applied by humans in his life. Islam is the only ideology that can lead people to seek perfection is to be dreams. Although Islam is a religion last but herein lies the perfection of virtue and religion in comparison with other religions, be it divine religions which came down from God or religion or way of life that is born of ideas and spiritual experience a person.
Islam came as falsifies for religions that have come before. And the Prophet as a divine messenger and the message carrier is the last prophet afterwards there will be no prophet and messenger. Allah says in the letter of al-famous anymore as the last paragraph down: "Today have I sempurnankan for you your religion (Islam) and have I perfected everything to you and I pleased nikmatku Islam as your religion." (Qs. al-Maidah [5]:3)
This verse implies that since that day, after all the commandments and God's laws for about 23 years is perfectly up to the task and the minutes of the Messenger of Allah came to an end. This means that prophetic or nubuwah era has ended and a new era has begun the era of the region that serves as guardian and interpreter of the Shari'a of Allah. This verse is much talked about and discussed by the mufassir of the two groups (Shiites and Sunnis), since this verse has a very important position and crucial to the survival aqidah and belief, here we are not going to review the matter at length of this paragraph. For those who are interesting to review the content or asbabun nuzulnya and for those who want to know at length about this verse, we invite to refer to the books of commentary or the book separately and specifically explore this passage.
Therefore, the properties are owned by the perfection of Islam so he could answer all the challenges and issues faced by human life, no one issues and problems of life except Islam is able to respond and provide solutions for him. Islam a religion that does not distinguish one group with another group, in the eyes of Islam all men are equal, there are no physical differences between each other. White with black people, Arabs equal with non-Arab, The rich the same position with the poor, and so forth. But that does not mean Islam does not recognize the differences and levels, but Islam distinguishes degrees and grades of someone not from the outer side where meninjam technical terms of philosophy, humans are mahiyah or lacks essential difference, but all together as human beings that distinguishes it is the level of its existence. The closer to the source of the form he (God), stronger faith and the existence or ketaqwaannya. Unlike other religions, where the symbols and the reality is far different. Differences and discrimination so blatant, people judged in terms of outward, higher social level it becomes a place and position in the religion. Places of worship can be a very clear example of this. Rich people, officials and community leaders memilki major positions in places of worship and the poor and the community who have a low degree must be willing to occupy an equal place with their circumstances. But in Islam it is not visible, anyone can occupy the place he wanted, did not happen dichotomy strata sosial.Rahasia Universality of Islam
Secrets of universality and eternity of Islam lies in the doctrine and teachings are in line dengan appropriate and human nature, so there is no vacillation and doubt for those who have believed and believe in proficiency level in these religions, another case with lainnya religions, such as religious Christians, where the doctrine and teachings and beliefs contained in it, between one another of a conflict so as not to create followers calm and steady, even on the contrary make them indecisive and unsure of what they believe. Belief in God is one but three or trinity until this moment not able to properly and satisfactorily answered. The more thought and instead of adding direnungi calmness and confidence, but instead to cast doubt and vacillation. So that occurred among the followers of Christianity is the higher level of education a person will get high level of doubt and hesitation he told the Christian religious beliefs. And the fact the people who do not believe in the trinity is of class scientists and scholars. Would not have happened in the history of the fierce and sharp disagreement between scientists and church groups where followers of the church wants to maintain the Christian doctrine of the church or contrary to common thought and logic. On the other hand scientists prefer the more reason and logic in his life not able to rationalize these beliefs and Christian doctrine, so consequently they reject and do not accept these doctrines.
Conflicts between reason and keimananan away due to the beliefs and teachings of Christianity or the church of human nature. If a religion or ideology was contrary to human nature as a consequence then that religion will not be eternal and will be abandoned by his followers, because the nature of another embodiment of the self is not the man himself and has been around since man was created and he will never change, always exist and have the sacred nature, because it only padanyalah mentajallikan or realize God Himself, because there is compatibility of the two properties, namely the existence of God memilki nature, eternal and never changes, so does the nature or the human spirit. This is in accordance with God's words in al-A'raf letter paragraph by paragraph 172 of the famous mitsaq (bai'at decision or agreement).
Therefore, nature is never wrong in determining misdaq truth and will not perish and disappear from the human self, it's just overcast condition can experience the power of light. So only Islam was the only religion that can save and resolve any problems and dilemmas of human life. "Verily, the religion of Islam only acceptable hand of God alone." (Surat al-Imran [3]: 19) Therefore, Islam never contravene the Law brought by the prophets ulul previous Azmi. And even if there is a difference between Shari'a prophet with each other then it just lies on juz'i issues only and not at the core of teaching and was also not significant as the cancellation of the Shari'a other (earlier), because sometimes a teaching or Shari'a adjusted to the conditions faced by the region are owned and or age. The nasakh-mansukh that serves as a cancellation or significant untrue Shari'a previous prophets, this has never happened in the divine religions, since regulators and law makers for men only God alone and everything that comes from God and have the nature of rights true. Allah says Sura Al-Ahzab in paragraph 4: "And God just said is right and just is He the only one who guides the path of righteousness." (Surat al-Ahzab [33]: 4)
Moving on from this thinking illat principles, we will be able to prove that perennial and the universality of Islam against other religions as follows: As other human beings to defend themselves in order to exist then he must try and work hard so that all the hope and goal of life can be achieved. The purpose of human life is very much different with other beings, because humans, although on one side in common with other creatures but on the existential side is very much different from the others. Therefore, God the creator gave two advantages of intellect and spirit or the human nature so that he can realize the perfection of himself.
As for the perfection or virtue is the target and the human purpose lies not in material things such as wealth, rank and position, because all that will be extinct and perish. While the nature (spirit) memilki human nature eternal and will not perish. But sometimes people think that all the beauty and perfection in this world there is something intrinsic and immutable and the goal of his life.
Because there is no relevance between the nature of human creation with all the teachings and rules of life that is in the books of other religions or those taught by other religions it can not be accepted as a way to save and deliver people to the perfection of his life. Despite the nature of human beings have, but he can not automatically know the nature of the perfection of himself and how to achieve it. This is caused by a number of temptation, deception, and the obstacles that bother to make them be deceived by a mirage of the truth. Therefore, the creator who knows the capacity and capabilities possessed by humans, not just let people in confusion and doubt about what he should do to achieve perfection and happiness in life, but with His greatness and lutf guide and watched him stay . And this is in accordance with His word: "... Our Lord is (God) who gave shape to everything that happened, then give him instructions." (Surat Taha [21]: 50)
Therefore, falsifies (mukammil) and an essential guide only belong to God alone, because for the involvement of a close relationship and harmony between the two parts, namely between perfection and the guiding creator or maker of the constitution so requires extraordinary expertise, while the most knowing of the nature of between them and human needs only the creator only, therefore these two matters is the part that can not be separated.
And that is the way falsifies and serves as guidance for mankind is none other religion. That is a religion that does not conflict with the creation of man, so he can bring people to the goals to reach (the perfection and ultimate bliss). Therefore, we will not see the contradiction between reason and science as a place of good deeds of the nature or the human soul as the place to tajallinya the creator. So that in the Qur'an, faith (spirit) and good deeds were inseparable.
Thus, human nature is essentially a need for religion and that too only divine religions, and among divine religions only Islam that with al-Qur'annya keorisinilannya maintained, the religion that came down and came from the creator. And if people find meaningful and essential perfection through divine religions other than religion (Islam), then surely he will not get it and this has diibuktikan by history and experience. [Www.wisdoms4all.com]
Islam came as falsifies for religions that have come before. And the Prophet as a divine messenger and the message carrier is the last prophet afterwards there will be no prophet and messenger. Allah says in the letter of al-famous anymore as the last paragraph down: "Today have I sempurnankan for you your religion (Islam) and have I perfected everything to you and I pleased nikmatku Islam as your religion." (Qs. al-Maidah [5]:3)
This verse implies that since that day, after all the commandments and God's laws for about 23 years is perfectly up to the task and the minutes of the Messenger of Allah came to an end. This means that prophetic or nubuwah era has ended and a new era has begun the era of the region that serves as guardian and interpreter of the Shari'a of Allah. This verse is much talked about and discussed by the mufassir of the two groups (Shiites and Sunnis), since this verse has a very important position and crucial to the survival aqidah and belief, here we are not going to review the matter at length of this paragraph. For those who are interesting to review the content or asbabun nuzulnya and for those who want to know at length about this verse, we invite to refer to the books of commentary or the book separately and specifically explore this passage.
Therefore, the properties are owned by the perfection of Islam so he could answer all the challenges and issues faced by human life, no one issues and problems of life except Islam is able to respond and provide solutions for him. Islam a religion that does not distinguish one group with another group, in the eyes of Islam all men are equal, there are no physical differences between each other. White with black people, Arabs equal with non-Arab, The rich the same position with the poor, and so forth. But that does not mean Islam does not recognize the differences and levels, but Islam distinguishes degrees and grades of someone not from the outer side where meninjam technical terms of philosophy, humans are mahiyah or lacks essential difference, but all together as human beings that distinguishes it is the level of its existence. The closer to the source of the form he (God), stronger faith and the existence or ketaqwaannya. Unlike other religions, where the symbols and the reality is far different. Differences and discrimination so blatant, people judged in terms of outward, higher social level it becomes a place and position in the religion. Places of worship can be a very clear example of this. Rich people, officials and community leaders memilki major positions in places of worship and the poor and the community who have a low degree must be willing to occupy an equal place with their circumstances. But in Islam it is not visible, anyone can occupy the place he wanted, did not happen dichotomy strata sosial.Rahasia Universality of Islam
Secrets of universality and eternity of Islam lies in the doctrine and teachings are in line dengan appropriate and human nature, so there is no vacillation and doubt for those who have believed and believe in proficiency level in these religions, another case with lainnya religions, such as religious Christians, where the doctrine and teachings and beliefs contained in it, between one another of a conflict so as not to create followers calm and steady, even on the contrary make them indecisive and unsure of what they believe. Belief in God is one but three or trinity until this moment not able to properly and satisfactorily answered. The more thought and instead of adding direnungi calmness and confidence, but instead to cast doubt and vacillation. So that occurred among the followers of Christianity is the higher level of education a person will get high level of doubt and hesitation he told the Christian religious beliefs. And the fact the people who do not believe in the trinity is of class scientists and scholars. Would not have happened in the history of the fierce and sharp disagreement between scientists and church groups where followers of the church wants to maintain the Christian doctrine of the church or contrary to common thought and logic. On the other hand scientists prefer the more reason and logic in his life not able to rationalize these beliefs and Christian doctrine, so consequently they reject and do not accept these doctrines.
Conflicts between reason and keimananan away due to the beliefs and teachings of Christianity or the church of human nature. If a religion or ideology was contrary to human nature as a consequence then that religion will not be eternal and will be abandoned by his followers, because the nature of another embodiment of the self is not the man himself and has been around since man was created and he will never change, always exist and have the sacred nature, because it only padanyalah mentajallikan or realize God Himself, because there is compatibility of the two properties, namely the existence of God memilki nature, eternal and never changes, so does the nature or the human spirit. This is in accordance with God's words in al-A'raf letter paragraph by paragraph 172 of the famous mitsaq (bai'at decision or agreement).
Therefore, nature is never wrong in determining misdaq truth and will not perish and disappear from the human self, it's just overcast condition can experience the power of light. So only Islam was the only religion that can save and resolve any problems and dilemmas of human life. "Verily, the religion of Islam only acceptable hand of God alone." (Surat al-Imran [3]: 19) Therefore, Islam never contravene the Law brought by the prophets ulul previous Azmi. And even if there is a difference between Shari'a prophet with each other then it just lies on juz'i issues only and not at the core of teaching and was also not significant as the cancellation of the Shari'a other (earlier), because sometimes a teaching or Shari'a adjusted to the conditions faced by the region are owned and or age. The nasakh-mansukh that serves as a cancellation or significant untrue Shari'a previous prophets, this has never happened in the divine religions, since regulators and law makers for men only God alone and everything that comes from God and have the nature of rights true. Allah says Sura Al-Ahzab in paragraph 4: "And God just said is right and just is He the only one who guides the path of righteousness." (Surat al-Ahzab [33]: 4)
Moving on from this thinking illat principles, we will be able to prove that perennial and the universality of Islam against other religions as follows: As other human beings to defend themselves in order to exist then he must try and work hard so that all the hope and goal of life can be achieved. The purpose of human life is very much different with other beings, because humans, although on one side in common with other creatures but on the existential side is very much different from the others. Therefore, God the creator gave two advantages of intellect and spirit or the human nature so that he can realize the perfection of himself.
As for the perfection or virtue is the target and the human purpose lies not in material things such as wealth, rank and position, because all that will be extinct and perish. While the nature (spirit) memilki human nature eternal and will not perish. But sometimes people think that all the beauty and perfection in this world there is something intrinsic and immutable and the goal of his life.
Because there is no relevance between the nature of human creation with all the teachings and rules of life that is in the books of other religions or those taught by other religions it can not be accepted as a way to save and deliver people to the perfection of his life. Despite the nature of human beings have, but he can not automatically know the nature of the perfection of himself and how to achieve it. This is caused by a number of temptation, deception, and the obstacles that bother to make them be deceived by a mirage of the truth. Therefore, the creator who knows the capacity and capabilities possessed by humans, not just let people in confusion and doubt about what he should do to achieve perfection and happiness in life, but with His greatness and lutf guide and watched him stay . And this is in accordance with His word: "... Our Lord is (God) who gave shape to everything that happened, then give him instructions." (Surat Taha [21]: 50)
Therefore, falsifies (mukammil) and an essential guide only belong to God alone, because for the involvement of a close relationship and harmony between the two parts, namely between perfection and the guiding creator or maker of the constitution so requires extraordinary expertise, while the most knowing of the nature of between them and human needs only the creator only, therefore these two matters is the part that can not be separated.
And that is the way falsifies and serves as guidance for mankind is none other religion. That is a religion that does not conflict with the creation of man, so he can bring people to the goals to reach (the perfection and ultimate bliss). Therefore, we will not see the contradiction between reason and science as a place of good deeds of the nature or the human soul as the place to tajallinya the creator. So that in the Qur'an, faith (spirit) and good deeds were inseparable.
Thus, human nature is essentially a need for religion and that too only divine religions, and among divine religions only Islam that with al-Qur'annya keorisinilannya maintained, the religion that came down and came from the creator. And if people find meaningful and essential perfection through divine religions other than religion (Islam), then surely he will not get it and this has diibuktikan by history and experience. [Www.wisdoms4all.com]
Minggu, 18 Juli 2010
Perkembangan Embrio Manusia - Keajaiban Ilmiah Al Qur'an
Di dalam al Qur'an Allah menurunkan beberapa ayat tentang perkembangan embrio manusia.وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَDan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Al Qur'an, 23:12-14)Secara bahasa, kata bahasa arab 'alaqah mempunyai tiga makna: 1. lintah, 2. sesuatu yang menempel/tergantung, dan 3. gumpalan darah.Jika kita membandingkan sebuah lintah dengan embrio pada fase 'alaqah, kita akan menemukan kemiripan di antara keduanya, sebagaimana terlihat dalam gambar 1. Selain itu, sang embrio pada fase ini memperoleh makanan melalui aliran darah dari ibunya, mirip dengan lintah yang menghisap darah dari makhluk lain.Makna ke dua dari kata 'alaqah adalah sesuatu yang menempel/tergantung. Hal ini dapat kita lihat dalam gambar 2 dan 3, di mana embrio pada fase 'alaqah, menggantung dan menempel pada rahim sang ibu.Makna ke tiga dari kata 'alaqah adalah gumpalan darah. Kita dapat melihat bahwa tampilan luar dari embrio dan kantungnya pada saat fase 'alaqah sangat mirip dengan darah yang menggumpal. Hal ini disebabkan oleh kehadiran darah yang relatif banyak selama fase ini (lihat gambar 4). Pun pada fase ini, darah di dalam embrio belum mengalami sirkulasi hingga akhir minggu ke tiga. Dengan demikian, embrio pada fase ini memang mirip gumpalan darah.Jadi, tiga makna dari kata 'alaqah secara akurat amat bersesuaian dengan keaadaan embrio pada fase 'alaqah....Bagaimana bisa Nabi Muhammad mengetahui semua rincian ini lebih dari 1400 tahun yang lalu? Padahal para ilmuwan baru bisa mengetahui hal tersebut di masa moderen ini dengan bantuan peralatan mutakhir dan mikroskop yang amat kuat? Hamm dan Leeuwenhoek adalah ilmuwan pertama yang mengamati sel sperma manusia (spermatozoa) melalui mikroskop di tahun 1677 (lebih dari 1000 tahun setelah jaman Nabi Muhammad). Mereka berdua secara salah menganggap bahwa sel sperma mengandung manusia mini yang akan tumbuh ketika ia dibenihkan ke dalam kelamin wanita.Di tahun 1981, dalam Konferensi Kedokteran Ke Tujuh di Dammam, Arab Saudi, Profesor Moore berkata: "Adalah sebuah kehormatan tersendiri bagi saya untuk bisa membantu memperjelas pernyataan Al Qur'an tentang perkembangan manusia. Sangat jelas bagi saya bahwa pernyataan tersebut tentulah sampai kepada Nabi Muhammad dari Allah, karena hampir semua pengetahuan mengenai hal ini baru ditemukan berabad-abad kemudian. Hal ini membuktikan kepada saya bahwa Nabi Muhammad tentulah merupakan Utusan Allah.Kemudian, Profesor Moore ditanya: "Apakah ini berarti bahwa anda mempercayai Al Qur'an merupakan firman Allah?" Ia menjawab: "Saya tidak keberatan untuk menerima hal tersebut."Untuk melihat video komentar sang profesor silakan klik tautan berikut ini: (Bahasa Inggris, format RealPlyer)
Video 1
Di dalam al Qur'an Allah menurunkan beberapa ayat tentang perkembangan embrio manusia.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Al Qur'an, 23:12-14)
Secara bahasa, kata bahasa arab 'alaqah mempunyai tiga makna: 1. lintah, 2. sesuatu yang menempel/tergantung, dan 3. gumpalan darah.
Jika kita membandingkan sebuah lintah dengan embrio pada fase 'alaqah, kita akan menemukan kemiripan di antara keduanya, sebagaimana terlihat dalam gambar 1. Selain itu, sang embrio pada fase ini memperoleh makanan melalui aliran darah dari ibunya, mirip dengan lintah yang menghisap darah dari makhluk lain.
Makna ke dua dari kata 'alaqah adalah sesuatu yang menempel/tergantung. Hal ini dapat kita lihat dalam gambar 2 dan 3, di mana embrio pada fase 'alaqah, menggantung dan menempel pada rahim sang ibu.
Makna ke tiga dari kata 'alaqah adalah gumpalan darah. Kita dapat melihat bahwa tampilan luar dari embrio dan kantungnya pada saat fase 'alaqah sangat mirip dengan darah yang menggumpal. Hal ini disebabkan oleh kehadiran darah yang relatif banyak selama fase ini (lihat gambar 4). Pun pada fase ini, darah di dalam embrio belum mengalami sirkulasi hingga akhir minggu ke tiga. Dengan demikian, embrio pada fase ini memang mirip gumpalan darah.
Jadi, tiga makna dari kata 'alaqah secara akurat amat bersesuaian dengan keaadaan embrio pada fase 'alaqah.
...
Bagaimana bisa Nabi Muhammad mengetahui semua rincian ini lebih dari 1400 tahun yang lalu? Padahal para ilmuwan baru bisa mengetahui hal tersebut di masa moderen ini dengan bantuan peralatan mutakhir dan mikroskop yang amat kuat? Hamm dan Leeuwenhoek adalah ilmuwan pertama yang mengamati sel sperma manusia (spermatozoa) melalui mikroskop di tahun 1677 (lebih dari 1000 tahun setelah jaman Nabi Muhammad). Mereka berdua secara salah menganggap bahwa sel sperma mengandung manusia mini yang akan tumbuh ketika ia dibenihkan ke dalam kelamin wanita.
Di tahun 1981, dalam Konferensi Kedokteran Ke Tujuh di Dammam, Arab Saudi, Profesor Moore berkata: "Adalah sebuah kehormatan tersendiri bagi saya untuk bisa membantu memperjelas pernyataan Al Qur'an tentang perkembangan manusia. Sangat jelas bagi saya bahwa pernyataan tersebut tentulah sampai kepada Nabi Muhammad dari Allah, karena hampir semua pengetahuan mengenai hal ini baru ditemukan berabad-abad kemudian. Hal ini membuktikan kepada saya bahwa Nabi Muhammad tentulah merupakan Utusan Allah.
Kemudian, Profesor Moore ditanya: "Apakah ini berarti bahwa anda mempercayai Al Qur'an merupakan firman Allah?" Ia menjawab: "Saya tidak keberatan untuk menerima hal tersebut."
Untuk melihat video komentar sang profesor silakan klik tautan berikut ini: (Bahasa Inggris, format RealPlyer)
Video 1
Video 1
Mengapa membaca Al-Quran ketika kita tidak mengerti artinya?
Baru saja saya membaca sebuah tulisan pada secarik kertas yang tertempel pada dinding kantor teman saya. Sebuah tulisan tua dari internet. Mungkin sebagian pengunjung sudah pernah membacanya, namun merupakan temuan baru bagi saya. Judulnya adalah: Why do we read quran, even when we do not understand even a single arabic word? Sebuah tulisan indah yang amat menyentuh hati yang saya coba terjemahkan dengan judul di atas: Mengapa membaca al Qur’an ketika kita tak mengerti artinya?
Alkisah, hiduplah seorang muslim tua bersama seorang cucunya di sebuah pegunungan di bagian timur Kentucky, Amerika. Sang kakek biasa membaca Qur’an selepas sholat shubuh setiap hari. Sang cucu berusaha meniru setiap tingkah laku kakeknya.
Suatu hari, ia bertanya: “Kek! Aku berusaha membaca Qur’an seperti dirimu tetapi aku tidak mengertiisinya. Jikapun ada sedikit yang kupahami, ia akan terlupakan setiap kali aku menutup kitab itu. Lalu, apa gunanya aku membacanya?”
Dengan perlahan sang kakek membalikkan badan dan berhenti dari memasukkan batu bara ke dalam tungku pemasak. Ia menjawab: “Ambillah keranjang ini, bawalah ke sungai di bawah sana dan bawakan untukku sekeranjang air!”
Sang cucu membawa keranjang hitam penuh jelaga batu bara tersebut ke sungai dan mengambil air. Namun air itu telah habis menetes sebelum sampai ke rumah. Sang kakek tertawa dan meminta sang cucu agar mencobanya sekali lagi: “Mungkin engkau harus lebih cepat membawa airnya kemari.”
Sang cucu berusaha berlari, namun tetap saja air itu lebih cepat keluar dari keranjang sebelum sampai ke rumah. Dengan terengah-engah ia pun mengatakan kepada sang kakek bahwa tidak mungkin mengambil air dengan keranjang. Sebagai gantinya ia akan mengambil air dengan ember.
“Aku tidak perlu satu ember air, yang kuinginkan adalah sekeranjang air!” jawab sang kakek. “Kau saja yang kurang berusaha lebih keras,” timpal sang kakek sambil menyuruhnya mengambil air sekali lagi. Sang kakek pun pergi ke luar rumah untuk melihat usaha sang cucu.
Kali ini sang cucu sangat yakin bahwa tidak mungkin membawa air menggunakan keranjang. Namun ia berusaha memperlihatkan kepada sang kakek bahwa secepat apapun ia berlari, air itu akan habis keluar dari keranjang sebelum ia sampai ke rumah. Kejadian yang sama berulang. Sang cucu sampai kepada kakeknya dengan keranjang kosong. “Lihatlah Kek! Tidak ada gunanya membawa air dengan keranjang.” katanya.
“Jadi, kau pikir tidak ada gunanya?”, sang kakek balik bertanya. “Lihatlah keranjang itu!” pinta sang kakek.
Ketika sang cucu memperhatikan keranjang itu sadarlah ia bahwa kini keranjang hitam itu telah bersihdari jelaga, baik bagian luar maupun dalamnya, dan terlihat seperti keranjang baru.
“Cucuku, demikianlah yang terjadi ketika engkau membaca al Qur’an. Engkau mungkin tidak mengerti atau tidak bisa mengingat apa yang engkau baca darinya. Namun ketika engkau membacanya, engkau akan dibersihkan dan mengalami perubahan, luar maupun dalam. Itulah kekuasaan dan nikmat Allah kepada kita!”
7 Tips Hindari “Kecelakaan Privasi” di Facebook
Karena Facebook, orang mungkin bisa memiliki persepsi miring tentang kita. Misalnya saja saat foto-foto memalukan tersebar di antara rekan kerja. Atau terpajangnnya konten berbau esek-esek di wall, yang malah membuat kita dianggap aneh. Bisa juga ada orang-orang tertentu yang secara tak langsung mencemarkan nama baik kita, karena update status yang mereka lakukan. Walau terkesan sepele, Hal ini bisa membuat opini publik yang mencemarkan nama baik kita.
Beberapa Facebooker mungkin tidak paham, atau malas mempelajari, pengaturan privasi (privacy settings) di Facebook. Padahal caranya sepele. Jangan karena ketidaktahuan, nama baik kita dikorbankan. Dibawah ini ada 5 tips untuk menghindari ‘kecelakaan’ privasi di Facebook, karena ketidaktahuan kita akan pengaturan privasi.
-
1. Manfaatkan “Friend List”. Bagi kebanyakan orang, fitur friend list mungkin tak dianggap penting. Namun hal ini membantu kita memanajemen teman facebook yang mungkin berjumlah ratusan.
Fitur ini juga memudahkan kita mencari teman facebook lain yang jarang dikontak. Friend list pun berfungsi memudahkan pengaturan spesifikasi privasi, antara kita dan seseorang. Jangan malas memanajemen teman kita di Facebook.
-
2. Hilangkan Nama Kita di “Facebook Search”. Bagi yang belum mengerti, kita bisa menghilangkan nama kita di Facebook Search. Hal ini tentu untuk menjaga agar profil kita tak mudah dicari/dilacak orang.
Caranya:
- Cari ‘privacy settings’, pada opsi account di kanan atas.
- Pada privacy settings, pilih ’search’
- Non-aktifkan ‘publik search result’
- Klik ‘Confirm’.
- Cari ‘privacy settings’, pada opsi account di kanan atas.
- Pada privacy settings, pilih ’search’
- Non-aktifkan ‘publik search result’
- Klik ‘Confirm’.
-
3. Jangan Biarkan Anda Dipermalukan Karena Foto/Video. Seringkali foto-foto culun dan memalukan kita yang di upload teman, bisa mencemarkan nama baik. Kalau sudah begini, rasa malu bercampur emosi pasti muncul. Tidak usah bingung akan hal ini. Atur saja setting privasi foto/video nya.
Caranya:
- Cari ‘privacy settings’, pada opsi account di kanan atas.
- Pada privacy settings, pilih ‘Profile Information’.
- Atur pada pilihan ‘Photo Albums’ dan ‘Photos and Videos of me’, untuk mengatur siapa saja yang berhak melihat foto/video kita.
- Cari ‘privacy settings’, pada opsi account di kanan atas.
- Pada privacy settings, pilih ‘Profile Information’.
- Atur pada pilihan ‘Photo Albums’ dan ‘Photos and Videos of me’, untuk mengatur siapa saja yang berhak melihat foto/video kita.
-
4. Hilangkan “Status Relationship” Kita. Untuk menghindari kisah pribadi asmara kita diumbar ke publik, ada baiknya menghilangkan status hubungan di Facebook. Tapi awas, jika anda tak memiliki ‘perisai’ diri, hal ini bisa menimbulkan potensi perselingkuhan. Ini semua berbalik ke diri sendiri.
Caranya:
- Cari ‘privacy settings’, pada opsi account di kanan atas.
- Pada privacy settings, pilih ‘Profile Information’.
- Pilih ‘Familiy and Relationship’.
- Untuk lebih detail pilih ‘custom privacy’.
- Cari ‘privacy settings’, pada opsi account di kanan atas.
- Pada privacy settings, pilih ‘Profile Information’.
- Pilih ‘Familiy and Relationship’.
- Untuk lebih detail pilih ‘custom privacy’.
-
5. Hindari Aplikasi Berbau Esek-esek. Seringkali aplikasi di Facebook memiliki konten dewasa. Misalnya kuis tentang apa gaya sex favorit anda, atau bintang JAV yang cocok dengan anda. Walau fungsinya sebagai having fun, jika informasi ini diketahui orang yang tidak tepat, hal ini bisa menimbulkan persepsi negatif.
Agar orang tidak memiliki persepsi negatif pada diri kita, cari aman saja. Hindari semua aplikasi yang berbau esek-esek. Kuncinya ada pada diri sendiri. Mudah kan?
-
6. Buat “Contact Profile” Anda Lebih Privat. Secara umum, kontak profil di Facebook menampilkan apa saja yang ada tentang diri kita. Misal status hubungan, pandangan politik, nama sanak keluarga, bahkan nomor ponsel dan e-mail.
Ada kalanya untuk menjaga privasi, kita tak harus ‘membeberkan’ itu semua ke publik. Kita pun bisa memilah-milahnya. Sebagai contoh, cukup sertakan email dan nomor ponsel, saat hubungan Facebook kita hanya di lingkungan kerja. Tak perlu menyebutkan status hubungan, bahkan tanggal jadian dengan kekasih kita.
Caranya:
- Pada ‘Profile’, pilih kolom ‘info’ di kanan ‘wall’
- Pada ‘Basic Information’, tinggal atur saja apa yang berhak ditampilkan di profil kita. Cukup ‘remove’ hal-hal yang dianggap tidak perlu.
- Pada ‘Profile’, pilih kolom ‘info’ di kanan ‘wall’
- Pada ‘Basic Information’, tinggal atur saja apa yang berhak ditampilkan di profil kita. Cukup ‘remove’ hal-hal yang dianggap tidak perlu.
Saat di track dengan search engine macam Google, profil ini akan tampil sesuai settingan kita.
-
7. Hanya Orang Tertentu yang Boleh Melihat Foto Anda. Saat kita mengupload sebuah foto, sebaiknya jangan diumbar langsung ke publik. Atur kepada siapa saja terbaru anda boleh dilihat.
Caranya sama seperti tips nomor 3, namun lebih spesifik:
- Cari ‘privacy settings’, pada opsi account di kanan atas.
- Pada privacy settings, pilih ‘Profile Information’.
- Atur pada pilihan ‘Photo Albums’ dan ‘Photos and Videos of me’, untuk mengatur siapa saja yang berhak melihat foto/video kita.
- Cari ‘privacy settings’, pada opsi account di kanan atas.
- Pada privacy settings, pilih ‘Profile Information’.
- Atur pada pilihan ‘Photo Albums’ dan ‘Photos and Videos of me’, untuk mengatur siapa saja yang berhak melihat foto/video kita.
Untuk pengaturan lebih spesifik, pilih opsi ‘custom privacy’ di sisi kanan pada ‘Photo Albums’ atau ‘Photos and Videos of me’.
Nah, sesudah itu pilih ‘make this visible’ pada opsi ’specific people’, untuk mengatur nama teman yang bisa melihat foto anda. Anda cukup mengetiik namanya, dan Facebook langsung mendeteksi.
Untuk menyembunyikan foto terbaru dari nama-nama tertentu, pilih opsi kedua bertanda ‘hide this from’. Selanjutnya cukup ketik sebuah nama, dan bisa dipastikan ia takkan melihat lagi foto-foto terbaru anda.
Semoga tips ini membantu.
Sabtu, 17 Juli 2010
Lesson Study
Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran
Oleh : Akhmad Sudrajat
Abstrak:
Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Tujuan utama Lesson Study yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Manfaat yang yang dapat diambil Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Lesson Study dapat dilakukan melalui dua tipe yaitu berbasis sekolah dan berbasis MGMP. Lesson Study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang terdiri dari: (1) perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); refleksi (check); dan tindak lanjut (act).
Kata Kunci : lesson study, kolaboratif, plan, do, check, act
A. Pendahuluan
Selama pendidikan masih ada, maka selama itu pula masalah-masalah tentang pendidikan akan selalu muncul dan orang pun tak akan henti-hentinya untuk terus membicarakan dan memperdebatkan tentang keberadaannya, mulai dari hal-hal yang bersifat fundamental-filsafiah sampai dengan hal–hal yang sifatnya teknis-operasional. Sebagian besar pembicaraan tentang pendidikan terutama tertuju pada bagaimana upaya untuk menemukan cara yang terbaik guna mencapai pendidikan yang bermutu dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang handal, baik dalam bidang akademis, sosio-personal, maupun vokasional.
Salah satu masalah atau topik pendidikan yang belakangan ini menarik untuk diperbincangkan yaitu tentang Lesson Study, yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral. Praktik pembelajaran konvesional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah, terutama di kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi). Dalam hal ini, Lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran di Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih efektif.
Dalam tulisan ini, akan dipaparkan secara ringkas tentang apa itu Lesson Study dan bagaimana tahapan-tahapan dalam Lesson Study, dengan harapan dapat memberikan pemahaman sekaligus dapat mengilhami kepada para guru (calon guru) dan pihak lain yang terkait untuk dapat mengembangkan Lesson Study lebih lanjut guna kepentingan peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa.
B. Hakikat Lesson Study
Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.
Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Sementara itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa:
“lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues”.
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Dalam tulisannya yang lain, Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
- Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
- Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
- Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
- Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
Sementara itu, menurut Lesson Study Project (LSP) beberapa manfaat lain yang bisa diambil dari Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun sertifikasi guru.
Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.
Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari Columbia University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah. Dengan keterlibatannya dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang penting dan tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada mata pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa, seperti pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi.
C. Tahapan-Tahapan Lesson Study
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
- Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.
- Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
- Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
- Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
- Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
- Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada.
Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study
1. Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.
2. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
- Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
- Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
- Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
- Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
- Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.
- Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
- Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.
3. Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial.
Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.
D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
- Lesson Study merupakan salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
- Tujuan Lesson Study adalah : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
- Ciri-ciri dari Lesson Study yaitu adanya: (a) tujuan bersama untuk jangka panjang; (b) materi pelajaran yang penting; (c) studi tentang siswa secara cermat; dan (d) observasi pembelajaran secara langsung
- Lesson study memberikan banyak manfaat bagi para guru, antara lain: (a) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (b) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (c) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study
- Penyelenggaraan Lesson Study dapat dilakukan dalam dua tipe: (a) Lesson Study berbasis sekolah; dan (a) Lesson Study berbasis MGMP.
- Lesson Study dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, meliputi : (a) tahapan perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); (c) refleksi (check); dan (d) tindak lanjut (act).
Sumber Bacaan:
Bill Cerbin & Bryan Kopp. A Brief Introduction to College Lesson Study. Lesson Study Project. online: http ://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm
Catherine Lewis (2004) Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Online: http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm
Lesson Study Research Group online: http://www.tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html
Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat
Wikipedia.2007. Lesson Study. Online: